Terima Kasih Telah Berkunjung ke Unclebonn.com Sebuah Cerita, Generasi Jadoel Vs Millenial - unclebonn.com

Wednesday, May 18, 2022

Sebuah Cerita, Generasi Jadoel Vs Millenial

https://www.unclebonn.com/2022/05/sebuah-cerita-generasi-jadoel-vs.html

Guru selalu ajarkan tentang nilai-nilai. Nak, bangun pagi itu berdoa. Sikat gigi bantu orang tua. Setelah itu sarapan terus ke sekolah. Jangan lupa beri salam kepada orang tua.


Ingat, apa yang mesti kita lakukan saat bertemu orang-orang disekitar kita? Beri sapa dan salam kepada mereka. Hargai gurumu sayangi teman teman. Bergaulah dengan teman-temanmu. Jangan kau benci mereka.


Baca Juga : Merekalah Pemilik Bangsa Ini


Pulang sekolah ganti pakaian, makan dan istirahat. Setelah kamu belajar bisa dong nanti bantu orang tuamu? Entah di rumah, di sawah atau di ladang atau bantu apa saja sesuai pekerjaan orang tua masing-masing.


Belajar kadang ditemani radio. Itu kalau punya. Sesekali pakai walkman phone. Hiburan di malam hari nonton tivi di tetangga. Pulang capek diingatkan untuk berdoa. 


Cinta monyet dimulai dengan selembar kertas. Malu malu di belakang kelas. Kedepatan, siap siap dikerjain teman sekelas. Kadang surat dibaca guru di depan kelas. Malunya setengah hidup. 


Baca Juga : Pendidikan Membuat Kita Setara


Kita tak pernah kenal apa itu perbedaan. Di SD, SMP, juga SMA. Bermain penuh bahagia tanpa kecurigaan apapun. Saya bisa berkirim surat dengan teman dari sahabat pena. Wah terutama teman-teman dari seberang sana. Bukan karena mereka seiman atau sesuku karena mereka bilang siap berteman dengan siapa saja.


Kini telah berubah....


Kita telah membebek zaman. Tidak gaul dan kuper kalau tak punya gadget mahal. Bangun pagi cek mana hape. Cek status atau update status. Tuhan ada di facebook. Facebook tempat ruang berdoa. Suami, istri, anak, orang tua hidup di dunia maya. 


Baca Juga : Menengok Peralatan Dan Fasilitas Bengkel Siswa Teknik Dan Bisnis Sepeda Motor, Jurusan Unggulan Di SMK Negeri 1 Pandawai Kabupaten Sumba Timur


Jangan nangis ya nak. Ayo main game baru. Begini download-nya, pencet ini pencet itu. Jadi deh. Silahkan kamu bermain ya. Mama papa mau kerja. Pulang lelah handphone lagi solusinya. Akhirnya apa? Esoknya anak tidak memberi sapa atau salam kala kita pulang ke rumah. Pa...ma mana handphone-nya? Itu ungkapan rasa kangen mereka.


Hidup hanya untuk kerja. Bukan lagi kerja untuk hidup. Bangun jam lima, update-tan status, mandi dan berangkat kerja. Sarapan di kantor atau sekolah. Kalau guru kerja lagi tugas tambahan. Atau belajar. 


Belum lagi jalan-jalan atau bisnis online. Hidup menjadi beban dan terasa berat karena kebutuhan zaman. Entahlah sampai kapan kita merasa cukup.


Baca Juga : Cerita Pembelajaran Jarak Jauh Model Luring Di SMP Negeri Satap Laimeta, Tetap Semangat Ditengah Kesulitan!


Manusia yang tak pernah merasa cukup dan puas adalah anak-anak zaman. Hidup dalam ketegangan kerja. Banyak sasaran dan target. Targetmu hari ini apa? Ini pertanyaan kekinian. Kita tak bisa membelot dari tuntutan zaman. 


Kita hidup dalam lingkaran uang, makan, dan life style. Berikutnya mengejar ilusi kekayaan dan kekuasaan. 


Kalau guru zaman dulu itu hidupnya digambarkan seperti lelaki tua yang identik dengan sepeda onthel. Kini sudah berubah, tampilan selebritis pegawai bank. Punya mobil mewah bonus mendapatkan libur rutin. Walau pekerjaan bekin dahi mengerut.


Baca Juga : Generasi Covid - 19


Hiburan pun beda. Dulu kita bisa menikmati drama televisi seperti, Maria Mercedez, Hati yang Mendua, Carita de Angel, dll yang penuh pesan moral dan romantis. Sekarang "naik kelas" nonton sinetron kejar tayang.


Anak-anak juga demikian, sudah pada tahu tentang perbedaan. Yang tidak sejalan dijauhi. Mereka sudah lebih tahu tentang "rumah indah" di surga. Katanya dari orang tua. 


Baca Juga : Yang Trendy Dikalangan Remaja NTT Di Era 1990-An


Remaja juga, masih pacaran sudah pada manggil papi-mami. Romantisnya makin menjadi walau dikerubuti. Roknya memang panjang tapi seksi. Ampun sudah.


Dunia politik makin sadis, intrik politik dibilang berkelas mestinya menjatuhkan lawan berkali kali. Semua sarana di pakai termasuk rumah ibadah dan Tuhan. Tuhan dipaksa untuk memenangkan kandidat tertentu. Manusia menjadi kaum puritan dalam politik.


Baca Juga : Memorable Moments Bagi Kamu Yang Menikmati Remaja Di Tahun 90-An


Astaga.....


Suatu waktu pengen rasanya "hidup membiara" dalam kehidupan sosial yang nyata.*

 

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!