Terima Kasih Telah Berkunjung ke Unclebonn.com Cerita Pembelajaran Jarak Jauh Model Luring di SMP Negeri Satap Laimeta, Tetap Semangat Ditengah Kesulitan! - unclebonn.com

Monday, January 18, 2021

Cerita Pembelajaran Jarak Jauh Model Luring di SMP Negeri Satap Laimeta, Tetap Semangat Ditengah Kesulitan!

https://www.unclebonn.com/2021/01/cerita-pembelajaran-jarak-jauh-model.html

Di akhir tahun 2020 saya sangat berharap penyebaran wabah Covid-19 segera berakhir. Namun memasuki tahun 2021 penyebaran Covid-19 terus meningkat di beberapa wilayah Indonesia termasuk wilayah Sumba khususnya Kabupaten Sumba Timur. Ini terjadi lantaran para pelaku perjalanan belum sadar akan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah.  Hasilnya pasien yang terpapar Covid terus meningkat dampaknya aktivitas disegala bidang tidak berjalan dengan baik termasuk di dunia pendidikan.


Demi kesehatan dan keselamatan  peserta didik, guru dan tenaga kependidikan maka sekolah –sekolah diminta untuk tidak melakukan pembelajaran tatap muka. Oleh karena itu, pembelajaran kembali seperti tahun sebelumnya (Maret – Desember 2020) yaitu Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) daring, luring maupun kombinasi. Hal ini diupayakan oleh pemerintah dan pihak sekolah agar kegiatan pembelajaran untuk peserta didik tetap berjalan meskipun siswa “dirumahkan” selama masa pandemi Covid-19. 


Bagi sekolah–sekolah di perkotaan maupun yang lokasinya dipinggiran kota PJJ biasanya dilakukan dengan PJJ daring (dalam jaringan) atau Online Learning dengan memanfaatkan media sosial yang ada seperti WhatsApp, Google Classroom dan media digital lainnya.  Berbeda dengan sekolah-sekolah yang terletak di wilayah 3T (daerah tertinggal, terdepan, terluar) yang serba terbatas  sarana prasarana teknologi  seperti jaringan internet serta penguasaan guru terhadap IT sebagain besar masing sangat kurang.  Selain itu peserta didik dan orangtua tidak memiliki HP Android. Namun,  sekolah –sekolah tersebut tetap melaksanakan pembelajaran walaupun kondisi wilayah sangat sulit seperti jalan rusak, tidak terjangkaunya jaringan 4G, serta sarana prasana sekolah yang sangat terbatas. 


Baca Juga : Terapkan Belajar Dari Rumah, Guru Melkianus Wolo Datangi Murid Door To Door Di Daerah 3T Sumba Timur


Hal ini juga dialami oleh Sekolah kami yaitu SMP Negeri Satu Atap Laimeta yang letaknya di Desa Laimeta, Kecamatan Kambata Mapambuhang, Kabupaten Sumba Timur yang masih dikategorikan sebagai Desa Sangat tertinggal. 


Sedikit saya berbagi bahwa kondisi sekolah kami juga masih serba terbatas.  Jumlah siswa kami masih kurang dari kata ideal. Jumlah siswa yang sekolah di SMP Negeri Satap Laimeta  berasal dari 2 dusun yaitu Dusun Mahu dan Dusun Laimeta. Jumlah siswa yang berasal dari Dusun Mahu ada 15 orang siswa  dengan rincian sebagai berikut : jumlah siswa Kelas VII : 5 orang, Kelas VIII : 8 orang, dan jumlah siswa untuk Kelas IX : 2 orang.


Sedangkan siswa yang berasal dari  Dusun Laimeta berjumlah 26 0rang (kelas VII : 13 orang, Kelas VIII : 9 orang dan Kelas IX : 4 org ). Selain jumlah siswa yang kurang jumlah tenaga pendidik juga terbilang masih kurang. Jumlah tenaga pendidik yang ada di SMP Negeri Satap Laimeta yakni  7 orang.  Terdiri dari empat orang PNS, satu orang PTT dan dua orang guru honorer sekolah.  Sarana prasarana masih sangat terbatas namun demikian semangat semua para guru tidak pernah pudar walaupun berada ditengah kesulitan  kami tetap melaksanakan pembelajaran jarak jauh luar jaringan ( luring ). 


Memasuki awal semester genap Tahun Ajaran 2020/2021 SMPN Satap Laimeta yang seharus sudah melaksanakan pembelajaran tatap muka namun akibat penyebaran Covid-19 semakin meningkat akhirnya kami tetap melaksanakn PJJ luring selama masa Belajar Dari Rumah  (BDR) dengan cara door to door (Home Visit). Dalam proses pembelajaran door to door  ini kami para guru mengunjungi siswa setiap dua kali dalam seminggu dengan memberikan dan menjemput tugas. Tugas yang diberikan sesuai dengan materi yang ada. Dan kami tak lupa juga memberikan pemahaman tentang penyebaran dan pencegahan Covid-19 kepada peserta didik dan juga kepada orang tua mereka. 


Untuk saat ini karena musim hujan  pembelajaran door to door sangat kurang efektif. Artinya kami para guru tidak dapat menjangkau rumah siswa yang ada di Dusun Mahu dikarenakan jalan yang sangat licin dan berbahaya bagi keselamatan guru. Kami membuat kesepakatan dengan orang tua agar siswa dapat mengambil tugas disalah satu rumah warga yang terletak di atas gunung yang jalannya bisa dilalui oleh mereka cukup dengan berjalan kaki. Untuk mengambil tugas disesuaikan dengan jadwal yang sudah disepakati yaitu pada hari Senin guru mengantarkan tugas dan pada hari Jumat guru menjemput tugas. 


Ada hal unik yang dilakukan kami para guru ketika mengantarkan dan menjemput tugas di Dusun Mahu yaitu ketika kami sudah sampai di rumah yang menjadi titik pertemuan dengan siswa ternyata siswa-siswi belum juga ada di lokasi itu sesuai jam yang sudah dijadwalkan.  Maka kami para guru akan memanggil dengan berteriak nama salah satu siswa dari atas bukit, ”Rambu Lusi kami datang”.  Jika ada siswa atau orang tua ada yang mendengar suara kami dari lembah Dusun Mahu spontan mereka akan menjawab, “Iya Pak Guru”.  Maka Rambu Lusi pergi menemui teman-temannya yang kebetulan rumah mereka berdekatan di kampung itu. Selanjutnya siswa-siswi datang menemui kami dirumah itu yang terletak di atas bukit.  Kami akan memberikan tugas dengan menjelasan petunjuk terkait cara mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).


Baca Juga : Cara Revolusioner Ala Mas Menteri Dan Titik Terang Nasib Guru Honorer


Tugas kami selanjutnya setelah pulang dari Dusun Mahu maka kami akan kembali ke Dusun Laimeta dimana di dusun ini siswa kami tersebar di tiga kampung yaitu Kampung Laimeta, Kampung Laipoki dan Kampung Lapau. Untuk kampung Laimeta kami tidak sulit mengantarkan dan menjemput tugas karena rumah para siswa dapat dijangkau walapun musim hujan. Namun untuk  dua kampung lainnya sama sekali tidak dapat diakses sehingga kami menyuruh siswa dari kampung tersebut untuk datang menunggu di salah satu rumah warga yang ada di kampung Laimeta. Proses pembelajaran ini terus kami jalani selama masa Pendemi COVID-19 belum berakhir atau sampai ada petunjuk pemerintah untuk kembali kepada pembelajaran tatap muka di sekolah.


Demikian sering singkat tentang pengalaman saya melaksanakan tugas sebagai seorang guru di daerah 3T selama masa pandemi Covid-19 dengan model pembelajaran PJJ luring. Saya percaya setiap orang (guru) mengalami pengalaman yang berbeda-beda dan mungkin ada yang lebih sulit lagi dari saya dan teman-teman guru lainnya di SMPN Satap Laimeta. Namun dalam konteks ini saya sekedar berbagi barangkali ada nilai-nilai positif untuk diberikan.“Tetap Belajar ditengah-tengah Kesulitan demi masa depan Anak-anak Pelosok Negeri.”*



1 comment:

Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!