Terima Kasih Telah Berkunjung ke Unclebonn.com Makna Cincin Nikah Dalam Perkawinan Katolik - unclebonn.com

Thursday, July 8, 2021

Makna Cincin Nikah Dalam Perkawinan Katolik

https://www.unclebonn.com/2021/07/makna-cincin-nikah-dalam-perkawinan.html

Apakah ada peraturan khusus dalam Gereja Katolik yang menentukan bahwa bahan cincin yang akan dipakai oleh mempelai saat upacara pernikahan itu harus terbuat dari emas?


Pertanyaan ini menarik karena memang sampai sekarang cincin masih dianggap sebagai simbol orang yang menikah atau tanda bahwa seseorang sudah menikah atau sudah terikat. Dan pada umumnya orang yang menikah memakai cincin di jari manis tangan kanan, baik suami maupun istri. 



Baca Juga : Please, I Can't Breathe



Dan kalau pernikahan tanpa cincin tuh rasanya kurang lengkap dan ada yang kurang. Lantas sesungguhnya apa arti dan nilai dari sebuah cincin kawin itu?



Baiklah. Bila dilihat dari sejarah, cincin nikah ini sebenarnya sudah dikenal sejak zaman dulu, barangkali sekitar kekaisaran Roma atau bahkan lebih tua dari itu, Kewa. Orang sudah lama menggunakan cincin sebagai lambang persatuan, kepemilikan, kesetiaan, kekayaan, bahkan juga sebagai hadiah. Dan cincin nikah juga sudah menjadi tradisi yang mendunia untuk banyak budaya.



Kalau begitu dalam tradisi Katolik, cincin nikah itu dilihat seperti apa?



Baca Juga : Berumah Tangga Itu Ibarat Ngopi



Dalam budaya atau tradisi Katolik, cincin nikah dipakai juga dalam tata perayaan pernikahan, baik sakramen maupun bukan sakramen. Bahkan dalam liturginya pun, ada rumusan yang dengan jelas menyatakan berkat atas cincin sebelum masing-masing dikenakan oleh kedua mempelai yang baru saja mengikrarkan janji pernikahan mereka.



Rumusan itu berbunyi seperti ini: “Kenakanlah cincin ini pada jari manis suami/istri-mu sebagai tanda cinta dan kesetiaanmu.” Lalu salah satu pihak secara bergantian akan melanjutkan dengan rumusan yang sama, “Terimalah cincin ini sebagai lambang cinta dan kesetiaanku kepadamu.”



Baca Juga : Cinta Saja Tidak Cukup



Dari pernyataan itu sebenarnya dapat diketahui bahwa cincin diberikan sesudah kedua mempelai mengikrarkan janji. Artinya, janji atau komitmen itulah yang terpenting. Kata “lambang” di situ tidak menentukan keabsahan janji, melainkan menambah dan mempertegas kehendak melalui benda-benda yang kelihatan. 



Jadi cincin bukan salah satu bagian terpenting dalam upacara pernikahan. Hal yang paling utama dan terpenting dalam setiap perkawinan adalah pengikraran janji, dan bukan simbol-simbol pendukungnya. Justru pada janji nikah-lah yang menentukan ada tidaknya dan sahnya suatu perkawinan. Keberadaan janji itu mutlak, sedangkan faktor pendukung lainnya selalu sesuatu yang sekunder, yang boleh ada boleh juga tidak. 



Baca Juga : Kepercayaan (Trust)



Apakah cincin itu masuk bagian sekunder?



Cincin itu termasuk dalam bagian sekunder. Tidak ada suatu keharusan apa pun untuk memakai cincin perkawinan sesudah janji diikrarkan oleh kedua mempelai itu. Berarti keberadaan cincin bukan yang menentukan sah tidaknya suatu perkawinan ya?



Keberadaan cincin bukanlah yang paling menentukan sahnya suatu perkawinan Katolik, melainkan suatu simbol yang ditambahkan oleh tradisi sebagai tanda ikatan, cinta yang tak putus, kemurnian, dan kesetiaan. Karena itu, cincin itu entah terbuat dari bahan emas atau bukan adalah sesuatu yang tidak mutlak atau relatif, Kewa.



Baca Juga : Membongkar Tabiat Cewek Cantik



Persoalan yang biasa terjadi seputar cincin pernikahan adalah soal kebiasaan dan adat setempat saja. Banyak adat dan budaya melihat cincin sebagai lambang kesungguhan seseorang untuk mengikatkan diri pada pasangannya atau juga sebagai lambang harta benda yang akan diserahkan kepada calon pasangannya. Seandainya itu tidak ada, atau tidak dapat dipenuhi, maka persoalan yang terjadi adalah persoalan kekeluargaan saja bukan persoalan gerejani. Memang hal ini tentu saja tetap menjadi pertimbangan pribadi atau bersama calon pasangan, meskipun itu tidak menentukan sahnya sebuah pernikahan.


Penulis : MYB

Artikel ini sudah diedit sesuai kebutuhan blog tanpa mengurangi substansinya.


No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!