Terima Kasih Telah Berkunjung ke Unclebonn.com Please, I Can't Breathe - unclebonn.com

Friday, May 21, 2021

Please, I Can't Breathe


Beberapa bulan yang lalu kita dihebohkan dengan sebuah berita dari Amerika. Seorang warga kulit hitam yang meninggal secara sangat tragis karena kehabisan nafas. Dia adalah George Floyd, warga Minneapolis yang ditangkap atas tudingan menggunakan uang palsu saat membeli barang di supermarket. Floyd diborgol, dicekik di aspal dengan lutut aparat. Video yang beredar luas dan sempat viral di medsos, menggambarkan saat-saat terakhir yang amat tragis. Rintihan asa yang teramat dalam, “Please I can't breathe”. Berkali kali ia berteriak, “Please I can't breathe”, tak dihiraukan. Beberapa saat kemudian Floyd meninggal. Ia kehabisan nafas. Seluruh kota di Amerika terguncang. Protes dan demonstrasi terjadi di mana-mana yang berujung pada tindakan kriminal yang tak perlu.


Pada hari-hari belakangan ini pun, teriakan “Please, I can't breathe” terdengar pula di seluruh sudut dunia. Pada ruang-ruang emergency, ratusan ribu pasien Covid-19 mengerang kehabisan nafas. Virus itu menutup saluran pernafasan. Tidak ada udara yang masuk ke paru-paru. Pasien berjuang dengan sekuat tenaga walaupun telah dibantu dengan ventilator. Tidak ada lagi nafas. “I can't breathe”. Nafas adalah vital. Tanpa virus corona pun jika tidak ada nafas, tidak ada kehidupan.


Baca Juga : Don't Judge A Book By Its Cover


Manusia sejagat secara mendadak dipaksa berhenti dari berbagai macam aktifitas kesehariannya. Pabrik-pabrik raksasa berhenti beroperasi. Ruang-ruang udara sesaat tanpa kebisingan pesawat terbang. Kereta dan kendaraan berhenti di parkiran. Semua orang dirumahkan. Semua aktifitas terhenti.

Mengapa semua itu terjadi?

Saya mencoba membuat wawancara imajinatif dengan alam.

Kutanya pada alam, "Apakah kalian tahu tentang keadaan kami manusia belakangan ini?"

"Ada apa?", mereka bertanya serentak.

"Kami saat ini dijadikan bak mangsa oleh virus corona. Kami tidak boleh keluar, tidak boleh berkumpul, atau membuat aktivitas seperti sedia kala. Banyak dari antara kami telah mati."


"Kami tidak pernah tahu itu. Kami menganggap kalian biasa-biasa saja. Tapi kenapa kamu baru bertanya kepada kami sekarang?"


Baca Juga : Hebatkah Kamu Dengan Melabrak Balik Orang Yang Menyakitimu?


"Saya bertanya karena sejak kami menderita dan diserang oleh virus mematikan ini, kami melihat kalian seperti tidak ada masalah. Seakan tersenyum dan tidak peduli dengan keadaan kami. Saya agak cemburu dengan keadaan kalian".


"Kawan, jujur kami memang tidak tahu menahu tentang keadaan dan kondisi kalian manusia. Tapi soal kata “tidak peduli” ini, kami juga ingin mengungkapkan kata hati kami, kawan. Teman-teman kami di hutan-hutan sudah kalian tebang jutaan kubik. Kalian membakarnya dari masa ke masa. Sungai-sungai kalian kotori. Laut kalian jadikan tempat sampah. Kalian membangun pabrik-pabrik raksasa dan mencemari darat, laut, dan udara. Gunung kalian jadikan rata demi berlian dan membuang tailingnya ke laut dan juga akhirnya membunuh jutaan species. Demi fashion, banyak binatang kalian cukur bulunya. Tiap tahun kalian memproduksi jutaan kendaraan tapi polusinya kalian timpakan kepada kami.


Ahhhhh kawan kami lelah menyebutnya. Yang pasti kita sama-sama menderita. Kami sudah lama sekali menderita. Kamu baru beberapa bulan. Mungkin saja penderitaanmu hari-hari ini adalah bayaran untuk kami yang sudah ratusan tahun dihancurkan oleh saudara sebumi."


"Aduh Kawan, benar apa yang kalian katakan itu. Kami sungguh menyadari kesalahan dan kelalaian kami terhadap kalian saudara sebumi. Apakah masih ada maaf untuk kami, Kawan? Apakah kalian masih bisa menolong kami, Kawan?”


“Apa yang bisa kami bantu, Kawan?”


“Kawan, di hutan belantara pasti ada obat untuk mencegah virus mematikan ini. Kalau boleh, datanglah dalam mimpiku malam ini. Tunjukkan jenisnya, siapa tahu dengan itu kami dapat memakainya untuk membunuh virus mengerikan ini, Kawan".


"Baik kawan, semua herbal ada pada kami. Nanti sebentar kami akan tunjukkan kepadamu, dan pasti sangat mujarab, Kawan. Tapi ingat, setelah pandemi ini berakhir, baiklah kita berdamai. Jaga dan rawatlah kami agar kita tetap hidup sebagai saudara seibu. Ibu bumi. Karena ulah kalian yang mengotori udara, air, dan tanah, membuat kami terasa dicekik sampai kami tidak mampu lagi untuk bernafas. Please, We can't breathe”, Kawan.


Baca Juga : Berumah Tangga Itu Ibarat Ngopi


“Ia Kawan, sudah waktunya kita berdamai. Karena kita adalah saudara sebumi, Kawan".


Saudaraku…


Mari kita hidup saling berdamai…


Semoga Roh Allah mendorong saya, Anda dan kita semua untuk tidak lagi membuat orang lain sesak nafas, tidak lagi membuat saudara sebumi mati tercekik dan tidak mampu lagi untuk bernafas. Kita semua diajak untuk menyalurkan nafas damai dan pengampunan, bagi diri kita sendiri, sesama dan juga belajar untuk mencinta alam dan lingkungan sebagai saudara sebumi. Masih banyak orang yang sakit dan menderita. Alam dan lingkungan kita saat ini juga sedang sakit dan sudah sulit bernafas. Mungkin saja mereka masih berseru “Please I can't breathe”. Pada saat itu kita mesti hadir!


Penulis : MYB

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!