Terima Kasih Telah Berkunjung ke Unclebonn.com Misteri Kamar 33 A Hotel Mayestik - unclebonn.com

Tuesday, May 3, 2022

Misteri Kamar 33 A Hotel Mayestik

https://www.unclebonn.com/2022/05/misteri-kamar-33-hotel-mayestik.html

Pemuda itu tertidur lelap. Tampak ia tanpa beban saat itu. Aku melihatnya, sebelumnya dia berdoa dengan penuh khusyuk. Seperti itulah kebiasaannya yang aku tahu dua malam terakhir. Kami sekamar di dalam Hotel Mayestik. Kamar nomor 33 A. Dia perwakilan dari daerah. Dia menyebut dari Toraja. Daerah yang dikenal dengan adat budaya yang kental sekaligus mahal. 


Dia memperkenalkan nama kepadaku dan teman-teman sebagai Jack Halen. Kulitnya tampak terang dari padaku. Lebih cakep dengan pembawaan hangat dan menyenangkan. Sejak awal berkenalan ia sudah menciptakan suasana akrab secara alami tanpa pura-pura. Namun walau demikian ada sesuatu yang misterius terdapat pada dirinya. Terutama sorot matanya pada orang di sekitarnya. Jika ada sesuatu yang aneh disekitarnya ekspresinya bekin orang disekitarnya kepo. Bahkan bekin pangling. 


Ini malam ketiga. Sebelum melaksanakan kewajiban "doa malam" ia bertanya kepadaku apakah aku tidak merasakan aura aneh di kamar 33 A.


"Kak, apakah kakak tidak merasakan aura aneh di kamar ini? Saya benar-benar sulit tidur ketika menjelang pukul 24.00 sampai 03.00 dini hari."


"Itu sangat menyiksaku." Keluhnya.


"Hemm. Sebenarnya ada. Tapi tidak sama seperti yang kamu rasa, dik." Jawabku singkat.


Sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama. Namun karena aku mencoba melewatkan begitu saja perasaan yang aneh-aneh seperti itu. Aku juga merasa aneh kenapa dianya bisa mendapatkan "gangguan" selama itu? Malam pertama aku memang bermimpi melihat seorang gadis menangis sedih sambil memandangi diriku disaat tidur. Pakaiannya lusuh. Terdapat bercak-bercak darah di beberapa bagian gaun putih yang ia kenakan.


Mimpi yang sama pernah aku alami ketika masih kuliah saat itu. Kejadian itu sudah lebih dari satu dasawarsa. Namun saat itu hanya melihat seorang gadis duduk penuh harap sambil melihat wajahku. Entah meminta pengasihanan atau punya rencana buruk aku tak tahu. Namun, setelah mimpi itu dua hari kemudian aku tidak sadar ternyata aku sudah berada di Kamar Mes No. 13 sementara itu kamar tidurku nomor 01. Luar biasakan? 


Saat itu aku mencoba menggali sikap penasarannya. "Pak, Jack kenapa, adik bisa merasakan keanehan seperti itu?" Tanyaku.


"Aku memang pada malam pertama aku bermimpi melihat seorang gadis dengan wajah sedih sementara itu gaun yang ia kenakan terdapat bercak darah," aku menambahkan.


"Sama kak. Ia malah mengendap-endap seraya minta tolong padaku. Sepertinya ia arwah penasaran." Jelas Jack membuat kesimpulan. 


"Kakak Anto.  Terus terang aku bisa merasakan lebih dari kakak soal kondisi disini sebab aku seorang anak indigo. Aku mewarisi dari kakeku." Terangnya kepadaku. 


Aku memang punya prasangka tentang sosok Jack Halen. Dia bukan laki-laki biasa. Sempat aku merasa kalau dia seorang dukun atau pendoa dengan talenta khusus. 


Kalau dengar-dengar sih orang yang dikategorikan indigo dia bisa mengetahui masa lalu atau masa depan atau kejadian-kejadian luar biasa yang belum diketahui oleh kebanyakan manusia. Orang indigo biasa kerap didekati arwah-arwah penasaran karena kematiannya tidak wajar. Mereka datang bukan untuk mengganggu tapi meminta bantuan kepada orang indigo itu. Orang indigo bisa merasakan aura mistis dimana saja mereka berada. 


Keponakanku pernah dipikir "gila" lantaran menyampaikan informasi yang seram kepada teman-temannya atau keluarganya. Kadang ia melihat roh halus atau arwah orang yang baru dalam proses sakratul maut. 


Kami masih sama-sama diam setelah sama-sama tahu sosok yang sama dalam mimpi kami. Dia memang yang merasakan lebih lama karena arwah yang disinyalir gadis bergaun putih itu selalu tampak hadir dalam mimpinya. Pada akhirnya, berkesimpulan bahwa gadis itu meninggal dunia tak wajar di Kamar Hotel 33 A


"Jadi bagaimana tindakan kita selanjutnya?" Tanyaku pada Jack.


"Mestinya gadis itu didoakan. Biar dia ikhlas dengan kematiannya. Dia memang meninggal tak wajar di kamar ini." 


"Apakah kita tidak bisa berdoa untuk membuat kamar ini aman?" Tanyaku lagi pada Jack yang tampak cuek.


"Ini tidak dengan doa biasa. Namun diperlukan ritual khusus bila perlu butuh medium." Terangnya.


"Apa itu medium, Pak Jack?"


"Medium adalah seseorang yang akan dijadikan perantara dari arwah penasaran tersebut. Jadi orang itu hanya digunakan tubuhnya sementara untuk mendapatkan informasi dari korban. Tapi tidak semua orang bisa jadi medium hanya orang tertentu saja." Tutur Jack bak seorang ahli. 


"Lalu apa yang bisa kita lakukan malam ini?" Tanyaku lagi karena iba dengan arwah gadis itu. 


"Kita tidak bisa melakukan apa-apa. Biarlah masalah ini menjadi bagian banyak orang, kak. Mestinya masalah ini menjadi masalah pemilik hotel." Katanya menutup percakapan kami.


Aku melihat Jack Halen langsung mengambil posisi doa. Itulah kebiasaannya yang cukup religius. Ia senantiasa memohon ijin jika ia mau memulai doa. Sementara aku langsung merebahkan tubuhku ke kasur yang lembut. 


Sebelum menutup mata pikiraku berkecamuk. Merasa prihatin dengan arwah gadis itu. Ingin rasanya membantu namun aku tak punya kemampuan lebih. Akhirnya aku pun sepakat masalah Kamar Hotel 33 A menjadi masalah banyak orang. 


Esok pagi sebelum penutupan kegiatan lokakarya, aku menyempatkan diri untuk menggali informasi dari tukang taman yang ada di Hotel itu. 


Pagi pun tiba. Sebagian peserta sudah berkemas-kemas karena acara penutupan lokakarya tutup hari ini. Karena sudah punya niat, pagi-pagi aku sudah mempersiapkan diri lebih cepat dari hari sebelumnya. Sebelum bergegas ke lokasi taman hotel aku sempatkan diri ngopi dan snack di lantai dasar Hotel Mayestik. Perlahan aku menuju ke tengah taman disitu ada beberapa orang petugas taman. Namun langkahku tertuju pada seorang pria secara fisik terlihat paling tua. 


"Pak, udah berapa lama kerja disini?" Tanyaku pada seorang bapak yang berusia sekitar 50 tahunan.


"Eh, mas. Aku disini hampir 25 tahunan semenjak hotel ini ada?"


"Wah, udah lama banget ya kerja disini."


"Apa sudah nyaman ya Pak?"


"Iya, mas. Selain itu Bapak pemilik hotel ini sudah memintaku agar aku bekerja disini selamanya."


"Oh Iya Pak, apakah hotel ini ada yang aneh-aneh?" Tanyaku menggali informasi.


"Oh palingan kamar 33 A, Pak." Kaget aku mendengar jawaban polos itu. 


"Kamar itu memang dikeluhkan banyak tamu, mas. Namun pihak manajemen hotel enggan menanggapi. Sepertinya menganggap hal itu halusinasi para penghuni kamar saja," beber tukang kebun itu. 


Mau melanjutkan percakapan tiba-tiba ada panggilan masuk di handphone ku. Nama tertera Jack Halen. 


"Pak Anto, acara penutupan lokakarya akan segera dimulai. Ayo segera kemari." Ajaknya via handphone.


Dalam perjalanan menuju aula akhirnya saya berpikir misteri Kamar 33 A biarlah menjadi masalah bagi banyak orang. Benar kata Jack Halen, untuk membebaskan arwah penasaran itu bukan sekedar doa tapi dibutuhkan ritual khusus dan medium oleh karena itu biarlah arwah gadis bergaun putih itu menjadi bagian dari banyak orang.*


Baca Cerpen Menarik Lainnya : 

  1. Jalan Panjang Sang Pangeran
  2. Penyihir Episode 1
  3. Penyihir Episode 2
  4. Rosario Pemberian Bunda Maria
  5. Hijrah Cinta Tanpa Batas

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!