Terima Kasih Telah Berkunjung ke Unclebonn.com Bahasa Rakyat, Modal Sukses untuk Para Calon Legislatif - unclebonn.com

Tuesday, November 2, 2021

Bahasa Rakyat, Modal Sukses untuk Para Calon Legislatif

https://www.unclebonn.com/2021/11/bahasa-rakyat-modal-sukses-untuk-para.html

Ini sekedar ulasan singkat sifatnya remeh-temeh dari perspektif seorang guru, seorang penulis jalanan. Bisa saja apa yang saya tulis ini mewakili suara sebagian kecil orang yang memiliki persepsi yang sama dengan saya tentang keutamaan apa sih yang diharapkan rakyat dari seorang calon anggota legislatif? 


Nah, ternyata rakyat butuh bahasa rakyat. Kata-kata atau kalimat yang bisa dicerna,  bisa diterima, sederhana dan mau tampil apa adanya. 


Baca Juga : Jangan Larang Guru Berpolitik


Yang harus Anda tahu bahwa rakyat bukan komoditas politik. Rakyat bukan tentara bayaran atau budak uang. Tidak selamanya tolok ukurnya materi-materi dan materi. Jika sudah ngomongin materi kita sudah masuk pada soal duit. Duit dalam politik itu penting. Tapi bukan selamanya pemilih itu mata duitan. Ada nilai yang lebih penting dari uang. 


Apakah itu?


Ada sisi lain manusia yang tidak bisa diukur dengan kata-kata, keadaan  atau apalagi dengan uang. Sisi itu adalah nilai rasa dan harga diri. 


Baca Juga : Gula-Gula Agama


Pada prinsipnya manusia ingin dihargai, ingin dihormati, ingin diperlakukan manusiawi oleh lawan bicaranya. Itulah keutamaan manusia dalam  konteks keadaban politik kekinian. Politik dengan menghadirkan wajah penuh amarah hanya akan menghadirkan wajah yang muram durja bahkan anarkisme. Politik yang mengandalkan materi akan menjadi kurang berkesan. 


Di era saat ini rakyat membutuhkan sosok yang memberi harapan dan inspirasi. Seseorang yang mau terjun di tengah masyarakat bahkan mau mencium bau keringat saudaranya. Seseorang  yang bukan mendadak baik,  mendadak religius atau mendadak jadi Sinterklas. Tapi pribadi yang mau tampil apa adanya. 


Baca Juga : Harta, Tahta Dan Wanita


Memang sih ada beberapa segmen pemilih yang memiliki karakteristik yang materialistis. Sehingga para caleg harus mampu beradaptasi dengan calon  pemilih atau simpatisan calon legislatif. Apapun karakteristik mereka satu hal yang sama adalah soal rasa dan menjaga harga diri. Oleh karena itu seorang caleg harus mampu menggugah sisi emosional mereka. Disinilah apa yang saya bilang perlu ada sentuhan rasa.


Saya hampir saja kehilangan kesetiaan pada jagoan saya. Kenapa itu hampir terjadi? Ceritanya seseorang tiba-tiba datang dan menyentuh pundak saya. Diiringi suara lembut menyapa saya. 


“Pak guru, saya jadi maju caleg,” katanya lembut. Hampir dua atau tiga menit kami basa-basi di situ. Ia meminta saran dari saya. Ia pun tidak memaksa saya harus memilih dirinya.  Ia memperlakukan saya sebagai teman tanpa godaan kepentingan. Ketika dia meminta saran dari saya artinya dia menghargai saya walau itu (mungkin) tidak tulus. 


Baca Juga : Lingkaran Dalam


Ada kisah menarik lainnya seperti seorang opa yang begitu berapi-api membicarakan jagoannya pada perhelatan Pilgub NTT 2013 atau lima tahun lalu. Ia tertarik kepada salah satu calon gubernur karena si calon tersebut mengetahui dengan detil mengenai keadaan daerahnya. Dia bangga dengan cagub tersebut karena mau berusaha mengenal daerah mereka padahal si cagub itu orang dari seberang sana. Si opa tidak ikut arus. Opa ini memiliki preferensi tersendiri. 


Lalu apa poin pentingnya? Semua orang ingin berarti dimata orang lain. Ingin dikenal oleh orang lain. Dengan demikian Anda perlu menjadikan pemilih adalah bagian  dari kesuksesan perjuanganmu. Seorang Tjahyo Kumolo, misalnya, mantan Sekjend PDI Perjuangan sekarang Menteri Dalam Negeri sudah terpilih menjadi Anggota DPR hampir 30 tahun. Ia dikenal dekat dengan rakyatnya. 


Baca Juga : Kelas Sebagai Ruang Demokrasi


Pemimpin masa kini yang digambarkan sebagai pemimpin merakyat contoh konkritnya Presiden RI ke-7, Joko Widodo. Karir politiknya cemerlang. Dua tahun lalu, ia maju sebagai calon presiden tahun 2019 untuk periode keduaa dengan cv sempurna. Dari wali kota, beliau jadi gubernur lalu jadi presiden  (petahana). Dia memiliki gaya bahasa sendiri untuk berkomunikasi dengan rakyatnya. Ia tidak berjarak dengan rakyatnya sendiri kerap harus melanggar protokoler yang ada. Ia tidak jago berpidato atau beretorika. Ia memakai bahasa rakyat pada umumnya yakni memberi apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Ia memberi harapan dan inspirasi bagi setiap anak bangsa bahwa siapa saja bisa menjadi presiden RI.


Jadi teman-teman yang berjuang untuk menjadi anggota legislatif pliz terjun langsung-lah ke lapangan, kenali watak calon pemilih, pakai bahasa mereka: bahasa rakyat. Jangan banyak mengumbar janji. Mereka tidak butuh janji tapi butuh bukti. Jika tak punya modal gunakan bahasa hati. Di dalam hatimu terkandung kekayaan yang tak ternilai. Semoga sukses pada Pemilu 2024.*


Baca Juga : Menjadi Sombong Itu Penting, Guys


No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!