Terima Kasih Telah Berkunjung ke Unclebonn.com Jangan Larang Guru Berpolitik - unclebonn.com

Sunday, January 24, 2021

Jangan Larang Guru Berpolitik

https://www.unclebonn.com/2021/01/jangan-larang-guru-berpolitik.html

Berbicara tentang politik di saat pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota, Bupati  dan Wakil Bupati pasti saja ada yang pro dan kontra. Perang saraf terjadi di mana mana. Saling serang satu dengan yang lain. Masing masing paket menonjolkan kelebihannya dan menjelekan yang lain. Yang benar bisa salah dan sebaliknya yang salah bisa dibenarkan. Tak banyak orang yang jadi korban politik yang adalah lawan politik yang kalah dalam medan perebutan suara rakyat. Tapi banyak juga yang senang karena mendapat job yang bagus. Saling menguntungkan karena saling mendukung satu dengan yang lainnya.   


Apa sih yang sebenarnya diperebutkan oleh para calon pemimpin dalam pemilu dan pemilukada ? Tak lain tak bukan adalah kepentingan. Kepentingan untuk terus berkuasa dan melayani masyarakat melalui program program strategi yang diusulkan. Program yang disampaikan dalam kampanye Partai Politik adalah untuk kesejahteraan rakyat. Rakyat dibuat sedemikian cara untuk memilih mengalihkan perhatian agar tujuan para calon pemimpin tercapai. Tak heran banyak masyarakat merasakan dampak politik itu sendiri. Alhasil, yang tidak mendukung pemimpin sudah pasti menolak programnya, padahal gratis untuk rakyat. Sementara yang mendukung dan merasakan program selama kepemimpinan mereka enggan berpaling ke lain hati.  


Baca Juga : Peran Orang Tua Dimasa Pandemi Covid-19 By Yosef Mikel Kobesi,S.Pd


Sedikit kita membuka kamus dan melihat arti kata politik dari beberapa ahli. Disana dijelaskan bahwa politik adalah pengetahuan tentang ketatanegaraan atau pemerintahan.  Pengertian selanjutnya dijelaskan lagi oleh Prof. Miriam Budhiarjo bahwa politik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan negara maupun proses pengambilan keputusan ketatanegaraan. Sementara Hans Kelsen menjelaskan bahwa politik mempunyai dua arti, yaitu sebagai etik, yakni berkenaan dengan tujuan manusia atau individu agar tetap hidup secara sempurna, dan Politik sebagai teknik, yakni berkenaan dengan cara (teknik) manusia atau individu untuk mencapai tujuan. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa politik itu adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan teknik dan cara untuk mencapai tujuan kepentingan bangsa dan negara.


Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana diatur dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan tujuan amanat Undang Undang ini tidak terlepas dari peranan seorang guru. Guru harus memiliki cara dan teknik mengajar yang baik agar bisa manarik simpati para siswa yang diajarnya. 


Baca Juga : Siswa Sering Bosan Belajar Di Kelas? Guru Lakukan Langkah Berikut
 

Berbagai metode dan cara pendekatan guru dalam menyampaikan materi juga tidak kalah penting diterapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi ini tidak berbeda jauh dengan yang dilakukan oleh seorang politisi dengan berbagai cara untuk manarik simpati masyarakat dalam pemilukada. Bedanya guru mengajar di kelas untuk kepentingan masa depan siswa, sementara politisi berpolitik untuk kepentingan masyarakat dan kelompok selama masa kepemimpinannya. Guru harus banyak strategi untuk membuat pelajarannya asik dan menyenangkan. Secara tidak langsung memaksa siswa untuk mengikuti kehendak atau kemauan guru. Guru selalu menampilkan yang terbaik untuk siswanya walaupun masih ada sisi yang kurang baik. Politisi juga demikian tidak pernah menampilkan keburukan diri, selalu menonjolkan kelebihan kelompok dan golongannya walaupun menyalahkan yang lainnya. Tujuannya untuk meraih kemenangan dan kepuasan. 


Jaman sekarang peranan guru untuk mendidik anak yang berkarakter sangatlah rumit dengan perilaku yang sudah tertanam sejak dari keluarga. Hal ini menjadi hambatan tersendiri ketika guru berusaha untuk menegakan disiplin di sekolah. Berbagai tahapan pendekatan pembinaan seperti teguran lisan, tertulis dan panggilan orang tua ke sekolah. Di sisi lain pendekatan pembinaan siswa sudah sedikit bergeser. Orang tua dan guru dulu mendidik anak dengan dengan prinsip di ujung rotan ada emas, sementara di jaman now di ujung rotan ada rutan. Tak heran tugas guru berkahir dalam penjara. Siapa yang benar dan salah guru, siswa atau orang tua?  


Baca Juga : Ini Dia 8 Cara Menghindari Badai Petir, Nomor 8 Sering Memakan Korban


Guru juga manusia bukan malaikat yang sempurna, jika salah mendidik dengan sedikit kekerasan verbal dan nonverbal itu bukan bermaksud melukai hati, tetapi guru mencintai masa depannya. Politik guru untuk masa depan generasi bangsa dan negara.


Melihat beberapa kejadian guru dipenjara karena mendidik siswa, maka tak heran guru juga memilih zona nyaman untuk terhindar dari hukuman hak hak anak. Beberapa tugas utama guru seperti mendidik, melatih dan membimbing siswa sedikit terganggu psikologinya. Guru hanya mengajar menyampaikan materi pelajaran di kelas sementara urusan tabiat dan karakter yang sudah terbentuk  anak dari keluarga mendapat porsi yang lebih sedikit. Anak boleh pintar tapi pendidikan karakter tidak jalan sama dengan gagal pendidikan anak. Peranan guru dalam mendidik anak berkarakter diperlukan strategi politik pendidikan yang bersinergi antara orang, sekolah dan pemerintah. Paling tidak ada kerjasama dan dukungan untuk mengatasi karakater pendidikan anak yang sulit diatur oleh orang tua. Kekerasan tidak layak diterapkan untuk anak tetapi pendidikan yang keras akan menghasilkan generasi yang berkarakter.* 

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!