Terima Kasih Telah Berkunjung ke Unclebonn.com Lulusan NKPI SMK Negeri 1 Pandawai Siap Menjadi Tuan di Rumah Sendiri - unclebonn.com

Thursday, May 5, 2022

Lulusan NKPI SMK Negeri 1 Pandawai Siap Menjadi Tuan di Rumah Sendiri

https://www.unclebonn.com/2022/05/lulusan-nkpi-smk-negeri-1-pandawai-siap.html

Ini hanya sebuah gagasan sederhana tentang bagaimana memberdayakan SMK Kelautan dan Perikanan di Sumba Timur. SMK Negeri 3 Pahunga Lodu sudah berdiri lebih dari 10 tahun. Tahun 2016 kemarin SMK Negeri 1 Pandawai membuka jurusan NKPI dan menerima siswa baru. Artinya sudah ada dua sekolah yang akan menghasilkan tenaga siap pakai di bidang kelautan dan perikanan.


Lantas sejauhmana peran lulusan SMK Perikanan untuk pembangunan perikanan di Sumba Timur? Sebenarnya saya harus menjawab sendiri. Namun karena keterbatasan sumber data dan informasi saya belum bisa membuat sebuah kesimpulan. 


Baca Juga : Sepenggal Kisah Masa Prakerin Siswa NKPI Angkatan 4 Tahun 2021 SMK Negeri 1 Pandawai


Setidaknya sudah ada beberapa siswa yang mulai terjun di bidangnya dan sebagian mulai mendominasi di perusahaan pengolahan rumput laut terdekat.


Tapi kali ini saya akan lebih fokus pada masalah jurusan NKPI (Nautika Kapal Penangkap Ikan). Bagaimana membangun sebuah SMK Perikanan dan lulusannya menjadi tuan di rumah sendiri. 


Tujuan jurusan NKPI itu membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam melakukan pekerjaan sebagai ABK kapal perikanan, operator alat tangkap, operator alat navigasi, teknisi alat tangkap dan mampu menangani hasil tangkapan secara baik dan benar. Dan tujuan lain ditentukan oleh SMK masing-masing sesuai karakteristik atau potensi daerahnya.


Baca Juga : Geliat Ekonomi Dari Sektor Perikanan Tangkap Nelayan Kampung Bugis Sumba Timur


Secara umum profil tamatan SMK mengacu  pada tujuan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan bagi tamatan NKPI juga mengacu pada SKKNI dan STCW - F Amandemen 1995. Jadi mau tidak mau jurusan NKPI harus memenuhi tuntutan dimaksud. 


Namun kita harus kembali pada situasi dan kondisi daerah masing-masing. Apakah kita mampu memenuhi ekspektasi tinggi itu? Atau sekolah yang penting dapat ijasah?


Untuk memenuhi ekspektasi itu kita butuh dana besar. Untuk dana besar kita butuh dukungan politik. Karena jurusan seperti NKPI tidak akan cukup pake dana BOS atau BOMM. Untuk infrastruktur, Sapras, dll itu mega proyek. Belum lagi biaya untuk Praktek kerja industri (Prakerin)? Kalau berdasarkan tujuan kualifikasi maka siswa harus di kirim ke Bali atau Jawa. Untuk melaksanakan praktik laut pada kapal-kapal ikan yang besar. Apakah kita mampu membiayai ongkos ini? Padahal tuntutan DU/DI kian ketat.


Baca Juga : Membahas Penggunaan Kata Gillnet Dan Pukat Dalam Masyarakat Nelayan Sumba Timur Sehari-Hari


Solusi


Saya cukup paham kondisi keuangan kita. Idealisme boleh. Tapi perlu membaca fakta-fakta kondisi daerah sendiri.


Jika kita memiliki masalah pelik dalam dana kita bisa mencari alternatif lain yang memungkinkan. Misalnya kita fokus pada pengadaan bahan dan peralatan praktik. Mengirim guru ke Balai Pelatihan,  atau bisa juga mendatangkan instruktur atau pelatih yang berkompeten. Karena faktor guru mempengaruhi keterampilan, penguasaan konsep dan sikap dari peserta didik. Jadi gurunya yang diasah.


Untuk lulusan yang harus bekerja di kapal luar negeri, minimal kita perlu membekali mereka dengan sertifikat BST (Basic Safety and Training), dll. Biayanya tidak sedikit jika semua siswa dihitung. Atau kita mewajibkan peserta didik dan ini saya pikir bukan solusi kalau kita mau melihat latar belakang mereka.


Baca Juga : Kampung Bugis, "Kampungnya" Anak SMK Negeri 1 Pandawai


Padahal Sumba Timur memiliki wilayah laut yang luas (8.374) kilometer persegi. Panjang pantai 424 km. Dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap belum mencapai 20 persen. Bupati Sumba Timur, Gidion Mbiliyora dalam sebuah wawancara menyebutkan total produksi dari perikanan tangkap 5.230, 1 ton pertahun. Artinya kita memiliki potensi besar yang terkandung di dalam laut. Perlu segera dimanfaatkan. Kalau bukan kita siapa yang mau kelola?


Tuan di rumah sendiri....


Saya melihat bahwa tidak harus ke luar negeri untuk medapatkan jutaan rupiah perbulan. Cukup mengelola laut sendiri sudah bisa hidup layak. Saat ini kita butuh manajemen pembangunan perikanan yang bottom up. Mengenali dulu lapangan baru membuat regulasi. Sehingga kebijakan itu lebih efisien dan maksimal.


Nah, untuk SMK Negeri 1 Pandawai dalam sepuluh tahun kedepan mungkin belum bisa "go internasional". Target sederhana saya bagaimana mereka (siswa/siswi) ini bisa menjadi pelaku perikanan di daerahnya.


Baca Juga : Bulu Babi (Echinoidea) Di Sumba Disebut Tawoda Dan Deme Makanan Kaya Gizi Dan Protein


Mereka adalah anak nelayan. Jadi mudah bagi mereka untuk menguasai keterampilan dasar alat tangkap. Mereka butuh pengetahuan dan pemahaman saat ini serta sentuhan teknologi untuk membantu mereka dalam mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan.


Jadi mulai saat ini saya katakan ke mereka, "Kamu harus menjadi tuan di negeri (rumahmu) sendiri".  Semangat belajar ya!*


Artikel ini ditulis 4 Mei 2017


No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!