Terima Kasih Telah Berkunjung ke Unclebonn.com Mama Hana Ata Hau - unclebonn.com

Tuesday, November 29, 2022

Mama Hana Ata Hau

https://www.unclebonn.com/2022/11/mama-hana-ata-hau.html

(Strugglers - Stragglers, Challenge by : Yonathan Talundima)


Aku susah membedakan antara kata 'strugglers dan stragglers', berselancar via google juga tak memberi banyak jawaban kecuali kata 'berjuang dan tersesat'.  Pasti bukan karena tersesat, kebetulan sekali siang ini, Mama Hana Ata Hau, singgah di depan rumahku.


Komunitas Hambila pernah memberikan Hambila Award sebagai salah satu Perempuan Inspiratif. Penghargaan ini didasarkan pada perjuangannya sebagai penyandang disabilitas yang tetap eksis bekerja demi orang-orang yang dicintainya. Dia hanyalah seorang pengrajin 'sulak' berbahan tali rafia, sekaligus dijajakan sendiri tiap hari keliling kota Waingapu. Maaf kata 'hanya' bukan utk mengecilkan arti karyanya, tspi ini lebih merujuk pada pandangan kita yang seringkali keliru terhadap apa yang 'dihasilkan oleh seseorang.


Catatan Harian Bung Yongky HS Part 1 : Isolasi Mandiri "Minum Air Es Mandi Malam"


Tidak sulit menemuinya, sebab tak ada kata libur baginnya, setiap hari ia berkeliling dari Wangga, Payeti, Matawai hingga ke arah Waingapu-kota lama. Itu pun sudah dilakoni sejak 30 th lalu, dan kini usianya sudah menjelang 62 th. Hanya 'sulak'kah yang dihasilkannya? Tidak, justru dengan apa yang bisa dia kerjakan Mama Hana sudah menghantar anak dan ponakannya tumbuh menjadi dewasa. Dalam hitungan kasarnya, mungkin ia sudah mampu menghidupi dua puluhan jiwa, selama ini. Apakah ini sudah cukup bisa kita garis bawahi sebagai perjuangan. Ya tentu saja.


Mama Hana berteduh di bawah pohon nimbah yang ada di depan rumahku, sambil menyisir bahan 'sulak' dengan sikat kawat, ia menceritakan 'kaki kirinya'. "Dulu waktu umur 4 tahun mama digigit ular, karena di kampung diobati seadanya dan dibungkus kain. Tapi luka gigitan tidak sembuh dan tambah membusuk, lalu dibawa ke rumah sakit. Dokter rumah sakit bilang, sudah tidak bisa dan harus diamputasi. Sejak itulah mama jadi begini. Namanya orang hidup ya harus usaha, siapa mau terus - terus tolong sama kita?"


Catatan Harian Bung Yongky HS Part 2 : Cendol Dawet Corona


Cerita ini sudah yang kedua kali kudengar langsung darinya. Namun kalimat 'Namanya orang hidup ya harus usaha, siapa mau terus - terus tolong sama kita?' membuat saya sedikit terhenyak itu pertanyaan seolah spesial untuk-ku. Mungkin Mama Hana juga sedang bertanya kepada Anda. Saya tak punya jawaban selain mengangguk, lalu kucatat dalam kekaguman: "Ia hanya kehilangan kaki kirinya, tapi tidak pernah kehilangan harapan-nya"


Aku meminta ijin untuk memfoto, Mama Hana setuju. Lalu ia meminta hasil fotonya dan tertawa kecil melihat fotonya sendiri. Lalu ia melanjutkan bercerita.


"Kapan hari saya juga difoto-foto. Ada yang menawari kredit lunak. Ada yang mau ajak ikut pelatihan. Ada juga dari Dinas yang mau ajak pameran hasil kerajinan penyandang cacat".


"Bagus itu Mama, hasil karya mama bisa dijual di sana, bisa dihargai lebih layak!", selaku 


Catatan Harian Bung Yongky HS Part 3 : Pica Kepala


"Iya bagus, tapi saya harus ikut jaga di sana, ya kalau ada yang beli di pameran, kalau tidak? Kalau saya hanya jadi pelengkap kegiatan? Nanti kalau sempat ya pergi, kalo tidak biar saya jualan keliling saja tiap hari, karena tanggungjawab saya juga tiap hari", Mama Hana menjelaskan dalam nada dan ekspresi datar.


Apa yang baru saja disampaikan bukan mendarat datar di telinga dan hatiku, itu menukik tajam disertai dentuman. Betapa keluguannya bagai pukulan telak bagi kita-kita yang sering sok 'mendesign keberpihakan hanya dalam bingkai belas kasihan'. Kita seringkali lupa, memandang keadaan seseorang dengan kacamata kita sendiri yang kadang tak sesuai dengan cara pandang orang tersebut. Perjuangan Mama Hana adalah Perjuangan yang dilandasi kemauan, kesederhanaan dan harapan, bukan Perjuangan atas nama Belas Kasihan.


Catatan Harian Bung Yongky HS Part 4 : Sikat Ukur Kuat


"Mari Mama singgah duduk di dalam. Saya sekarang jualan makan dan minum, biar Mama coba cicipi", ajaku. Mungkin Anda tidak akan membayangkan bagaimana jawaban-nya, beginilah kata Mama Hana:

"Trimakasih, biar sudah, ongko baru saja jualan lagi, mana mau kasih-kasih frei sama kita. Saya juga sudah beli air dan kue buat bekal".


Belum selesai perbincangan kami, aku beranjak melayani orang belanja. Mama Hana juga pamit melanjutkan menjajakan 'sulak'. Baru aku sadar bahwa selama ini, untuk sebotol air mineral ukuran sedang dan sepotong roti, Mama Hana selalu membayar dengan uang pas dan selalu menolak diberi secara gratis. Lalu aku menyasikan Mama Hana pergi menenteng dagangan sambil jalan tertatih memakai 'jagrak' alat bantu jalan dari kayu. Entah mengapa, aku seperti tersesat memaknai perjalananku sendiri.....


Catatan Harian Bung Yongky HS Part 5 : "Irsyam Abdul Rasyid Bin Covid"


Waingapu, 29 Nopember 2017

Yongky H Suaryono

Tulisan "dadakan" dipersembahkan untuk Mama Hana Ata Hau, Perempuan Inspirator. Salam Hormat.

 

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!