Terima Kasih Telah Berkunjung ke Unclebonn.com Bersahabatlah dalam Keberagaman - unclebonn.com

Monday, July 11, 2022

Bersahabatlah dalam Keberagaman

https://www.unclebonn.com/2022/07/bersahabatlah-dalam-keberagaman.html

Seharusnya itu yang perlu dianjurkan. Bersahabatlah kamu dengan siapa saja. Dan jangan menolak persahabatan karena itu adalah anugerah. Persahabatan itu indah bila dijalin dengan itikad baik. Apalagi dengan orang-orang yang labelnya berbeda. 


Kecenderungan masyarakat abad ini orang lebih nyaman membangun relasi dengan orang sesuku, seagama, seetnik, dll. Itu wajar-wajar saja. Namun dalam konteks Ke-Indonesiaan kita lupakan embel-embel perbedaan itu. Kita harus bersahabat dalam keberagaman : Indonesia.


Baca Juga : Pancasila Lahir Tanpa Henti Untuk Negeri


Seorang anak bila dibiasakan bergaul, mudah baginya beradaptasi di tempat yang baru. Beda halnya seorang anak yang dibimbing secara ekslusif berhadapan dengan orang dari komunitas lain maka akan terjadi penolakan. Penolakan ini bisa saja terjadi secara sadar dan tidak sadar. 


Pertama, penolakan secara sadar maksudnya ia menyadari tindakan yang dilakukan (menolak "orang lain") karena orang lain bisa mempengaruhi akal pikirannya. Atau menganggap itu bertentangan dengan sebuah doktrin yang ia terima.


Kedua, penolakan secara tidak langsung (tidak sadar) memang karena ia tidak terbiasa dengan kondisi atau lingkungan lain. Ketika melihat orang lain seperti makhluk yang asing bagi dirinya. Disinilah ia akan menolak untuk berteman atau level yang mendalam bersahabat dengan orang lain.


Baca Juga : Seratus Persen Indonesia, Indonesia Never Ending


Pergaulan yang lebih terbuka atau inklusif dengan semangat solidaritas biasanya terjadi pada orang-orang yang sering merantau atau terjadi ditempat rantauan. 


Banyak kaum muda yang sudah lama merantau atau terbiasa merantau lebih muda menerima perbedaan. Ketimbang kaum muda yang dididik dan dibina pada suatu komunitas yang sama. Kaum muda yang inklusif ini biasanya menjadi agent of change (agen perubahan) di daerahnya.


Kelompok-kelompok kecil ini akan bersimbiosis dengan orang-orang di kampungnya dan mempengaruhi cara pandang masyarakat setempat. Namun tidak menutup kemungkinan mereka ini pula yang membawa faham-faham antisosial. 


Baca Juga : Bunga Kertas Ungu Untuk Ibu Pertiwi


Saya dengan beberapa teman diskusi kadang merasa alergi dengan cara pandang generasi muda yang masih mempertahankan status quo primordial. Dalam hal tertentu memang kita tak harus menegasikan secara total masalah primordial tersebut. Karena ada nilai - nilai yang perlu kita hormati di sana. Tapi itu kadang dikompilasi dalam politik untuk tujuan pragmatisme politik itu yang perlu ditentang.


Persoalan kebangsaan yang masih terkungkung pada soal primordialisme dan rentan terhadap isu SARA solusinya adalah perlu ada pemikiran yang visioner dan kaum muda memilih bersikap inklusif : melihat kepentingan bangsa melalui sikap terbuka kepada perbedaan sebagai keniscayaan atau dalam konteks religiusitas perbedaan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.


Baca Juga : Menyemai Kembali Rasa Dan Komitmen Kebangsaan


Dalam menanggapi sikap gagap dalam keberagaman kita membutuhkan komunitas kaum muda yang terbuka dengan siapa saja. Tentu melalui tangga persahabatan. Bersahabat dengan siapa saja tanpa melihat embel-embel perbedaan


Jika kita sudah bisa menaiki anak tangga itu kita akan mencapai puncak tujuan. Indonesia akan naik kelas. Percuma kawan, presiden kerja siang dan malam, pemerintah berusaha meningkatkan derajat bangsa tapi rakyatnya masih bermental inlander. Masih hobi mencari siapa yang paling benar dalam beragama. Siapa yang paling mendapatkan keberpihakan Tuhan. 


Baca Juga : Buya Syafii Suar Bangsa Yang Masih Bercahaya


Tapi dari keyakinan hati saya Tuhan hanya berpihak pada orang yang benar dan menjalankan apa perintah-Nya!


Penulis : Uclebonn - 11 Juli 2017


No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!