Terima Kasih Telah Berkunjung ke Unclebonn.com Rupiah dari Perut Sapi - unclebonn.com

Tuesday, February 8, 2022

Rupiah dari Perut Sapi

https://www.unclebonn.com/2022/02/rupiah-dari-perut-sapi.html

Hari Minggu (16/10) stasiun TVRI menyiarkan tentang kondisi kekeringan dan serangan hama yang terjadi di kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Jauh sebelum itu, harian utama di NTT, Pos Kupang sejak bulan Agustus memberitakan hal yang sama.


Kondisi yang terjadi pada tahun ini cukup memprihatinkan.  Warga gagal panen akibat kemarau panjang dan juga musim hujan yang berlebihan pada musim tanam.  Akibatnya tanaman padi dan jagung warga menjadi rusak. Selain itu, kondisi rawan pangan tahun ini terjadi karena serangan hama tikus pada tanaman padi warga yang terjadi hampir di semua wilayah yang ada kabupaten ini. 


Menurut data yang dikeluarkan oleh Bimas dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumba Timur pada awal Oktober 2011, dari 156 desa di seluruh Sumba Timur ada 103 desa yang dikategorikan kekurangan pangan tinggi (merah), 13 desa kekurangan sedang (kuning), dan 40 desa kekurangan rendah (hijau). Jumlah penduduk yang berada pada desa-desa kekurangan pangan tinggi berjumlah 164.885 jiwa, atau 36.329 keluarga, kekurangan sedang berjumlah 10.759 jiwa atau 3.069 keluarga.


Sejak merebaknya berita tentang situasi kelaparan pada bulan Agustus 2011 yang lalu, pemerintah daerah melalui Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Sumba Timur telah menyalurkan bantuan berupa beras dengan total 100 ton untuk dibagikan kepada 74 desa yang rawan pangan tadi.


Wilayah Sumba Timur  60 persennya merupakan padang sabana. Beriklim semi arid sampai arid. Suhu rata-ratanya 22,5 sampai 31,7 derajat Celcius. Curah hujan 1,860 milimeter setahun. Musim hujan dimulai dari bulan Desember sampai Maret. Dengan kondisi alam  demikian tentu sangat sulit bagi masyarakat untuk memanfaatkan ladang atau sawahnya sepanjang tahun.


Warga Inspiratif


Ditengah krisis pangan melanda sebagian warga, Arie Hau Dima (46), begitu menikmati buah kreatifitasnya.  Ia mengembangkan teknologi biogas dari kotoran hewan (sapi).  Memanfaatkan lahan seluas 0,5 ha.  Ia telah memperoleh hasil yang berlipat ganda dari pengembangan teknologi itu.


Melihat tekstur tanah yang ada di tempat itu bagi kaum awam, tidak layak untuk lahan pertanian. Karena lokasinya sekitar 100-an meter dari tepi pantai. Sehingga tanahnya didominasi pasir. Tapi karena penerapan teknologi biogas itu, lahan tadi telah diubah menjadi lahan yang potensial. Dan mendatangkan jutaan rupiah.  Teknologi ini memiliki rantai yang berkesinambungan, menunjang dan saling mendukung.


Untuk membuat satu unit alat pembuat biogas yang berkapasitas sembilan kubik dengan konstruksi beton memerlukan biaya sebesar Rp 30 juta.  Dengan perkiraan usia pakainya 100 tahun. Bisa juga yang lebih murah.  Yang konstruksinya dari fiber glass, drum atau plastik. Tapi waktu pakainya tidak lama.  Bagi masyarakat cost ini bukan nilai yang kecil. Cukup sulit bagi mereka. 


Pada umumnya warga di Sumba Timur bekerja sebagai petani dan peternak.  Kalau bertani mereka menggantungkannya pada datangnya musim hujan.  Peternakan menjadi andalan warga setempat.  Selain itu hewan ternak sangat akrab dengan adat budaya setempat.


Masalahnya akan mengemuka jika berhadapan dengan pola peternakannya.  Mereka masih menerapkan pola ekstensif yaitu membiarkan ternaknya di padang. Sementara itu, jika menggunakan teknologi biogas ini kita perlu membutuhkan pola beternak secara intensif.  Yakni beternak dengan pola kandang supaya  dapat menyesuaikan dengan mekanisme kerja alat pembuat biogas itu.


Seorang Arie Hau Dima, misalnya, terus berinovasi dengan teknologi ini.  Dari keperluan pupuk cair dan organik untuk tanaman sayur-sayurannya.  Saat ini, ia memanfaatkan hasil inovasinya itu untuk penerangan dan bahan bakar.  Seperti yang ada sekarang,  dengan kapasitas sembilan meter kubik konstruksi beton, dari  pemanfaatan 5 ekor sapi, menghasilkan listrik 450 watt ditambah dua unit kompor.


Kalau listrik 450 watt ini diterapkan di desa-desa dengan sistem paralel maka akan menjangkau kebutuhan penerangan 4-5 rumah penduduk.  Bagaimana jika kapasitasnya ditambah? Tentu hal ini sangat bermanfaat bagi warga biasa yang pada wilayah tertentu masih menggunakan lampu semprong.


Efektifitas penerapan teknologi ini, Arie Hamu Dima telah memperoleh keuntungan finansial.  Setiap tahunnya ia mampu memanen jagung sebanyak empat kali.  Untuk tanaman sayur-sayuran, ia bisa memanennya sepanjang tahun tergantung dari jenis sayuran yang ditanam. Sayuran ini akan di-suplay untuk kebutuhan lokal.   Dan pasar nasional menjadi tergetnya di masa datang.


Kerjasama 


Pertengahan bulan September lalu, Pemerintah Taiwan berencana menginvestasi 50 ribu ekor sapi di Sumba Timur.  Hal ini menjadi sinyalemen positif bagi pengembangan teknologi biogas.   Rencana investasi lain datang dari sebuah LSM HIVOS-Belanda  yang berencana mengembang energi alternatif “terbarukan” , biogas di wilayah ini. 


Dari hal di atas, maka  Pemda ataupun investor perlu menempatkan daerah-daerah yang rawan pangan menjadi sasaran dari rencana ini. Oleh karena itu ada beberapa hal yang patut dianjurkan agar pemanfaatan teknologi biogas ini membumi dan memberi kesejahteraan bagi warga.  


Pertama, jika ternak sapi ini diserahkan kepada warga, Pemda perlu memberlakukan pola beternak intensif. Dan pada level implementasinya, warga perlu mengadopsi pola rantai mutualistik.   Kedua, perlu adanya pembentukan kelompok basis usaha.  Hal ini memungkinkan pemerintah dapat menjalankan fungsi kontrolnya dengan efektif dan efisien.  Ketiga, membangun jiwa wirausaha  pada masyarakat dengan lebih beroreantasi pada kebutuhan pasar (market oreanted) selain untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka sehari-hari. 


Jika potensi ternak sapi yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Mulai dari oreantasi komersil pada dagingnya, saat ini mulai dari kotoran sapi saja, warga sudah memperoleh rupiah. Dengan demikian krisis pangan yang melanda sebagaian warga Sumba Timur dapat teratasi.*


Artikel Lawas 2011







No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!