Terima Kasih Telah Berkunjung ke Unclebonn.com Apa Dasar Penggunaan Warna Liturgi dalam Gereja Katolik? - unclebonn.com

Friday, February 4, 2022

Apa Dasar Penggunaan Warna Liturgi dalam Gereja Katolik?

https://www.unclebonn.com/2022/02/apa-dasar-penggunaan-warna-liturgi.html

Dalam setiap perayaan Ekaristi, Imam selalu menggunakan warna kasula dan stola yang berbeda-beda. Sebenarnya apakah yang menjadi dasar pemilihan warna itu? Apakah warna ini berkaitan dengan masa-masa Liturgi atau apa?


Pertama-tama kita mesti paham dulu bahwa liturgi Gereja Katolik yang kita kenal saat ini merupakan buah dari sebuah perjalanan sejarah. Pada masa awal Gereja, Liturgi yang awal dilakukan oleh Para Rasul bersama Jemaat Perdana adalah Perayaan Ekaristi (Bdk. Kis. 2: 42), karena Ekaristi merupakan “wasiat” Yesus, ketika merayakan Perjamuan Terakhir: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk. 22:19). Lebih dari itu, perayaan Ekaristi menjadi yang utama, karena Ekaristi merupakan perayaan karya keselamatan Kristus (Misteri Paskah) bagi manusia (Bdk. SC 6). Sehingga Ekaristi disebut sebagai sumber dan puncak hidup Gereja, Kewa (Bdk. SC 10).


Sebagai Gereja yang bertumbuh dalam kehidupan sejarah dan menghayati Misteri Paskah, perayaan Liturgi berkembang seiring dengan perjalanan iman umat. Gereja yang berawal merayakan Ekaristi pada hari Minggu, sebagai perayaan misteri Paskah itu, hendak memaparkan seluruh misteri Kristus, dari penjelmaannya (Masa Adven), sampai penantian kedatangan Tuhan dengan penuh bahagia (HR. Kristus Raja Semesta Alam). Sehingga, hadirlah dalam Gereja yang disebut sebagai “Tahun Liturgi” (Lih. SC 102). Kehadiran Tahun Liturgi ini sesungguhnya lebih tepat disebut sebagai undangan Gereja bagi umat beriman, supaya mengenali kekayaan keutamaan serta pahala Tuhan, ketika mengenangkan misteri penebusan Kristus. Gereja berharap, melalui Tahun Liturgi ini, rahasia-rahasia misteri penebusan dapat senantiasa hadir bagi umat beriman. Sehingga, umat dapat mencapai misteri tersebut, dan dipenuhi rahmat keselamatan, Kewa (Bdk. SC 102).


Asal-usul penggunaan warna Liturgi


Mengenai sejarah penggunaan Warna Liturgi dapat kita telusuri dalam sejarah Gereja. Awalnya, Gereja, menurut Paus Benediktus XIV (1675-1758) dalam De Sacro Sacrificio Missae, menggunakan hanya satu Warna Liturgi, yaitu warna putih. Kemudian, penggunaan Warna Liturgi mulai menjadi ketentuan pada masa Kepausan Paus Inosentius III (1160-1216), yang tertuang dalam De Sacro Mysterioaltaris. Paus menyatakan, ada empat Warna Liturgi pokok, yaitu: Putih, Merah, Hijau, dan Hitam. Warna-warna inilah yang kemudian dalam perjalanan berikutnya hingga Konsili Vatikan II, terlebih dalam Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR), menjadi suatu ketentuan Liturgi Gereja Katolik.


Lantas apa dasar penggunaan warna liturgi itu?


Dasar penggunaan Liturgi dan warnanya sebenarnya mengacu kepada misteri yang sedang dirayakan dalam Liturgi dan makna kehidupan Kristiani selama Tahun Liturgi itu (Bdk. PUMR 345).


Lalu dalam perkembangan sekarang apakah warna liturgi masih menggunakan 4 warna yang ditetapkan oleh Paus Inosentius III itu?


Tidak. Dalam Liturgi saat ini, ada enam warna yang umum digunakan, yaitu: Putih, Merah, Hijau, Ungu, Hitam, dan Merah muda. 


Jadi sudah jadi enam warna liturgi ya? Kalau warna Putih digunakan untuk perayaan apa saja, Kaka?


Untuk warna Putih, digunakan pada Masa Paskah, Masa Natal dan Hari-hari Raya Gereja. Putih digunakan juga dalam peringatan Bunda Maria, karena mau menegaskan tentang “kemuliaan, kemurniaan, dan sukacita”. 


Kalau warna Merah?


Untuk warna Merah, biasa digunakan sepanjang tahun, ketika Gereja merayakan peristiwa yang berkaitan dengan “kemartiran”, dan secara khusus sebagai “lambang api Roh Kudus” pada Hari Raya Pentakosta, dan pengorbanan Kristus pada Minggu Palma dan Jumat Agung.


Sedangkan warna Hijau merupakan warna yang khas pada Masa Biasa sebagai tanda harapan iman umat.


Untuk warna Ungu, biasanya dipakai secara khusus pada Masa Adven dan Masa Prapaskah yang hendak menegaskan saat penantian, pengharapan, dan pertobatan umat; juga digunakan pada upacara pemakanan. 


Warna Hitam  biasa  dipakai sepanjang tahun, sebagai lambang perkabungan terutama dalam upacara pemakaman. Tapi warna ini sudah jarang sekali dipakai.


Dan terakhir warna Merah muda. Warna merah muda merupakan warna khusus untuk Minggu III Adven (Gaudete) dan Minggu ke-4 Prapaskah (Laetare).


Dibalik semua itu, hal yang paling utama dan mendasar dalam Liturgi adalah “Kehadiran Kristus”. Kekayaan Liturgi, termasuk dengan Tahun Liturgi, Lingkaran Perayaan, Pakaian, Simbol, serta Warna-warna di dalamnya selalu berfokus pada Kristus. Artinya bahwa semua bentuk dalam Liturgi adalah menghadirkan Kristus kepada umat beriman karena “Kristus selalu mendampingi Gereja-Nya terutama dalam kegiatan-kegiatan liturgis” (SC 7).


Penulis : MYB 

Catatan : Artikel ini sudah diedit sesuai kebutuhan Blog.

Baca Tulisan MYB Lainnya : 

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai pendapat Anda namun untuk kebaikan bersama mohon berkomentarlah dengan sopan!